Minggu, 21 Maret 2010


Menghilangkan Racun Tubuh (Detoks) Dengan Makanan Organik


Setelah ketemu produk Melilea ini, ternyata menghilangkan racun tubuh (detoks / detoksifikasi) itu bukan cara yang sulit, kalau tidak dapat dikatakan mudah.

Rupanya, menghilangkan racun tubuh itu salah satu caranya bisa dicapai dengan program puasa organik dengan mengkonsumsi Melilea Greenfield Organic (GfO) ini.

Berikut cerita pengalaman gw menghilangkan racun tubuh (detoks/detoksifikasi) dengan puasa organik.

Tata cara untuk menghilangkan racun tubuh memang ada beragam cara. Tapi, mungkin karena gw males dan mau gampang aja, yang gw pilih adalah cara ini.Detoks atau detoksifikasi dengan melakukan puasa organik dibantu dengan makanan organik Melilea Greenfield Organic (GfO).

Racun yang dikeluarkan disini adalah kotoran tersumbat, atau sisa-sisa makanan yang tersisa dan tertahan secara menahun di menempel pada usus kita. Jika dapat dikeluarkan, racun ini dikeluarkan melalui kotoran.

Pada intinya, detoks dengan cara puasa organik bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sayur-sayuran ataupun buah-buahan organik. Mengapa mesti organik? karena tentu saja proses detoks bisa kurang berlangsung baik jika sayur-sayuran atau buah-buahan yang dikonsumsi bukan merupakan sayur organik atau buah organik.

Sayuran atau buah-buahan non-organik masih memiliki kandungan kimia seperti pestisida, insektisida, pupuk, dll yang mungkin terbawa kedalam buah-buahan atau sayur-sayuran tersebut.

Untuk itulah perlu penggunaan sayur organik dan buah organik untuk melakukan detoksifikasi dengan cara puasa organik.

Berhubung gw termasuk cukup males untuk hunting buah-buahan ataupun sayur-sayuran organik, gw milih cara cepat saja dengan menggunakan Melilea Greenfield Organic (GfO), karena toh jelas-jelas produk ini merupakan produk makanan organik yang telah bersertifikat dan memperoleh banyak penghargaan dimana-mana.

So, berikut cara-cara menghilangkan racun tubuh (detoks) dengan makanan organik yang gw lakukan:

  1. Lakukan puasa organik, yakni berpuasa dengan hanya mengkonsumsi makanan organik Melilea Greenfield Organic (GfO) sebagai pengganti makanan, cukup dengan mengganti apa yang biasa kita makan dengan makanan organik Greenfield Organic ini.
  2. Jangan mengkonsumsi makanan/asupan lain selain makanan organik dan air putih saja.
  3. Jika perlu makan karena keinginan mengunyah, sesekali silahkan konsumsi buah-buahan atau sayuran organik saja. Untuk hasil terbaik, sebisa mungkin tidak ada asupan tambahan lain.
  4. Untuk perokok dan penikmat kopi dan teh, sebaiknya juga menghentikan konsumsi rokok, kopi dan teh. Jika tidak bisa berhenti total, setidaknya kurangi konsumsi hingga setengahnya.
  5. Konsumsi air putih sebanyak-banyaknya, minimum 3 liter per/hari.
  6. Lakukan puasa ini selama minimum 7 (tujuh) hari, dan silahkan lihat hasilnya sendiri.

Ingat! petunjuk ini hanya berlaku jika kita tidak memiliki penyakit seperti maag, ginjal, pencernaan, dll. saja. Jika memiliki penyakit, lihat tatacaranya pada kolom Penyembuhan Alternatif.

Jika puasa organik Anda sukses, dalam tempo yang berbeda-beda pada tiap orang (biasanya hari ketiga hingga hari ketujuh), pada saat Anda kebelakang, akan keluar fases panjang yang tidak terputus yang berbentuk seperti usus/jeroan agak kenyal.

Bagian fases tersebut adalah racun tubuh yang berhasil dikeluarkan melalui puasa organik ini. Panjang racun tersebut bisa sampai berukuran meteran panjangnya tergantung kandungan racun yang tersimpan pada tubuh masing-masing.

Selamat mencoba.

Rabu, 17 Maret 2010





















Hobi menyantap gule kambing, soto babat, daging empal, atau steak, bukan cuma membuat tubuh makin melar, tapi juga mengundang risiko mengidap kanker saluran cerna (kolorektal). Ayo, perbanyaklah makan makanan berserat dalam menu sehari-hari.

Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di daerah usus besar (kolon) dan anus (rektum). Kanker ini merupakan jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh gaya hidup, yakni asupan makanan yang tinggi lemak dan protein serta rendah serat.

"Berdasarkan penelitian, ternyata di Indonesia, faktor makanan (tinggi lemak, zat pengawet, dan infeksi) menjadi penyebab utama kanker di banding rokok," papar Dr.dr.Aru W.Sudono, Sp.PD, KHOM, pakar kanker dari FKUI/RSCM dalam acara media edukasi memperingati Bulan Kanker Kolorektal yang diadakan oleh Yayasan Kanker Indonesia, di Jakarta (17/3).

Paparan zat karsinogenik yang masuk lewat makanan, menjadi salah satu penyebab utama kanker kolorektal. "Asam lemak dari makanan tinggi lemak jenuh, cairan empedu, zat pengawet makanan, serta zat karsinogenik yang terkandung dalam daging yang dimasak dengan suhu tinggi harus diwaspadai," kata dr.Aru.

Melalui berbagai penelitian epidemiologis, telah dibuktikan peran serat yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan komponen penting dalam terapi gizi. Kecukupan konsumsi serat pangan dari sayur dan buah pada pola makan sehari-hari dapat mengurangi risiko kanker usus hingga 40 persen.

Adanya serat pangan yang mampu mengikat air akan menyebabkan konsistensi feses menjadi lebih lunak dan lembut, sehingga memudahkan otot usus besar memompa kotoran (feses) keluar. Kondisi ini akan mengurangi kontak dinding usus dengan zat karsinogenik makin singkat sehingga tidak sempat mengubah sel menjadi ganas.

Faktor risiko lain yang meningkatkan risiko kanker kolorektal adalah usia lanjut (di atas 50 tahun), polip di usus, faktor genetik, obesitas, serta jarang melakukan aktifitas fisik.

Menurut data WHO, diperkirakan 700.00 ribu orang meninggal karena kanker kolorektal setiap tahunnya. Ini berarti 2.000 orang meninggal setiap harinya. Di Amerika dan Eropa, kanker kolorektal lebih banyak diderita orang lanjut usia. Namun di Indonesia, prevelansi orang muda yang terkena kanker ini lebih besar (lebih dari 30 persen).

"Makin membaiknya ekonomi membuat kita lebih sering makan enak yang tinggi lemak, sementara itu aktivitas fisik kita berkurang," jelas dokter yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia ini.

Untuk menghambat pertumbuhan kanker, ada beberapa makanan yang memiliki zat anti kanker, misalnya saja diet tinggi serat, teh hijau, serat, asam folat, vitamin D dan kalsium, vitamin C dari makanan, serta aspirin.
"Kanker kolorektal adalah kanker yang perjalanannya lambat. Karena itu kanker ini masih bisa dicegah dengan memperbaiki pola makan. Dengan begitu kita akan terhindar dari biaya kemoterapi yang mahal itu," tegas dr.Aru.

Kebutuhan tubuh akan serat pangan bisa didapat dari beragam sumber, seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Konsumsi daging merah dapat diganti dengan daging putih seperti ikan atau daging ayam.